Depok, 14 Maret 2024. Di era Industri 4.0, administrasi publik dihadapkan pada sejumlah permasalahan kompleks yang membutuhkan solusi yang inovatif dan responsif. Pemerintah perlu menjawab tantangan integrasi teknologi dalam kebijakan publik, tuntutan transparansi yang lebih tinggi dari masyarakat, keamanan siber, hingga kesenjangan akses. Salah satu bentuk administrasi publik modern yang dinilai dapat meningkatkan prospek pertumbuhan ekonomi dengan pesat adalah Neo-Weberian. Konsep tersebut dicetuskan oleh Max Weber, seorang tokoh sosiologi, politik, dan ekonomi asal Jerman.
Pakar ternama dalam bidang tata kelola publik, Prof. Wolfgang Drechsler, memaparkan bahwa menurut Max Weber, administrasi publik yang paling efektif dan efisien adalah sekumpulan unit kerja di mana pegawai negeri harus dipilih berdasarkan prestasi. Unit kerja juga perlu menyediakan struktur hierarki dan pembagian kerja yang jelas, kesempatan untuk kemajuan karier, dan pentingnya kepatuhan terhadap hukum. Peningkatan dalam rasionalitas ini diharapkan akan meningkatkan kecepatan, cakupan, kemampuan memprediksi hasil, dan efisiensi biaya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat industri modern yang maju.
“Weber menekankan rasionalisasi dan penyihiran, proses di mana unsur-unsur keagamaan dan mitos dalam masyarakat mengalami penurunan signifikansi dan pengaruh seiring dengan meningkatnya rasionalisasi dan metode ilmiah. Negara Neo-Weberian berfokus pada orientasi, masukan, hasil, dan profesionalisme warga. Konsep ini menyempurnakan konsep Manajemen Publik Baru atau New Public Management (NPM) yang gagal karena mentransfer teknik bisnis ke sektor publik, padahal warga bukan pelanggan,” kata Prof. Wolfgang.
Prof. Wolfgang menyampaikan hal tersebut dalam pidato inaugurasinya sebagai Adjunct Professor Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Indonesia (UI) pada 29 Februari 2024 di Ruang Auditorium Gedung M Lantai 4 Kampus FIA UI, Depok. Prof. Wolfgang Drechsler merupakan profesor tata kelola publik asal Jerman dari Ragnar Nurkse Department of Innovation and Governance, Tallinn University of Technology, Estonia. Ia juga merupakan seorang Profesor Kehormatan di University College London Institute for Innovation and Public Purpose, dan Associate di Davis Center for Russian and Eurasian Studies, Harvard University.
Selain pengalamannya yang panjang sebagai sarjana tamu di berbagai universitas di seluruh dunia, Prof. Wolfgang juga telah menjadi konsultan untuk berbagai lembaga internasional, seperti Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Dewan Eropa, SIGMA, Bank Dunia, Uni Eropa (terutama Komisi dan Parlemen), Bank Pembangunan Inter-Amerika, dan United Nations Development Programme (UNDP). Ia juga merupakan konsultan untuk sektor swasta hingga pemerintah nasional, di antaranya Pemerintah Bhutan dan Kosovo. Selain itu, Prof. Wolfgang adalah penulis atau editor dari lebih dari 20 buku/jurnal serta 200 artikel ilmiah, dengan indeks Scopus mencapai 14.
Pengangkatan Prof. Wolfgang sebagai Adjunct Professor di UI bertujuan untuk memperkaya pengalaman akademis mahasiswa UI melalui kolaborasi strategis pada kegiatan penelitian, pengajaran, dan pengabdian masyarakat. Dekan Fakultas Ilmu Administrasi, Prof. Dr. Chandra Wijaya., M.Si., MM. mengatakan, bahwa internasionalisasi pendidikan telah menjadi salah satu prioritas utamanya. “Kami berkomitmen memperluas jaringan dengan rekan akademik kami di seluruh dunia. Dengan demikian, kami dapat mengembangkan berbagai kegiatan dan program, mulai dari kuliah bersama, mobilitas mahasiswa dan staf pengajar, kolaborasi penelitian, konferensi internasional, hingga program gelar ganda.”